Penalaran, deduksi dan induksi
PENALARAN :
Sesuai dengan kodratnya, manusia dibekali dengan
hasrat ingin tahu. Hasrat ingin tahu dalam diri manusia akan selalu memunculkan
berbagai macam pertanyaan. Sebagai akibatnya, manusia juga selalu berusaha
mencari jawaban terhadap pertanyaan yang muncul tadi. Hasrat ingin tahu
tersebut akan terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan baru atau mampu
memecahkan masalah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sendiri.
Biasanya manusia selalu berpikir jika berhadapan
dengan banyak permasalahan. Akan tetapi, tidak semua masalah membuat kita
terdorong untuk memikirkannya secara sungguh-sungguh. Kegiatan berpikir tentang
sesuatu secara sunguh-sungguh dan logis inilah yang disebut Penalaran.
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
denganconsequence (konklusi). Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir
yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan
dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif
(umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan
kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup
konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Ciri-ciri Penalaran :
Berikut ini
merupakan ciri-ciri penalaran:
-
Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran
merupakan suatu proses berpikir logis).
-
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi
merupakan cara berpikir secara analitik.
Secara detail penalaran mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
· Logis, suatu
penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara
objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
· Analitis,
berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang
dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya
ke dalam suatu pola tertentu.
· Rasional,
artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan
yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Tahap-tahap Penalaran :
Menurut John
Dewey, proses penalaran manusia dilakukan melalui beberapa tahap berikut:
1. Timbul rasa sulit,
baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat, ataupun dalam
menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba.
2. Kemudian rasa sulit
tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan.
3. Timbul suatu
kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori.
4. Ide-ide pemecahan
diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan cara
mengumpulkan bukti-bukti (data).
5. Menguatkan pembuktian
tentang ide-ide tersebut dan menyimpulkan melalui keterangan-keterangan ataupun
percobaan-percobaan.
DEDUKSI :
Deduksi adalah pola berfikir dari umum
ke khusus. Pola ini sering kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.
Kita
melihat gambaran besar sebelum ke gambaran yang lebih spesifik.
Metode
berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih
dahulu
untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Hal ini adalah
suatu sistem
penyusunan
fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang
logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang
disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Dasar pemikiran
utama (premis mayor)
2. Dasar pemikiran
kedua (premis minor)
3. Kesimpulan
Jenis penalaran
deduktif yaitu:
·
Silogisme
Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
·
Silogisme
Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis.
·
Silogisme
Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif.
·
Entimen
= Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Premis mayor : Semua
siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
Premis minor : Bob adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam pelajaran
Sosiologi
· CONTOH
PARAGRAF DEDUKTIF
Chairil
Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan
dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang
menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian
kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam
sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu"
memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang
terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair
besar yang membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945.
Penarikan kesimpulan
deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.
Penarikan
simpulan secara langsung :
Simpulan secara
langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu
prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara
langsung:
1.
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S.
(simpulan)
Contoh: Semua manusia
mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai
rambut adalah manusia. (simpulan)
2.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah
tak-P. (simpulan)
Contoh: Semua pistol
adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak
berbahaya. (simpulan)
3.
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh: Tidak seekor
pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
4.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah
tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P
adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua kucing
adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing
adalah tak berbulu. (simpulan)
Tidak satu pun yang tak
berbulu adalah kucing. (simpulan)
Penarikan
simpulan secara tidak langsung :
Untuk
penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data.
Dari dua premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama
adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang
bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi
dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1.
Silogisme
Silogisme adalah suatu
proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
- Semua manusia akan mati
- Ani adalah manusia
Jadi, Ani akan mati.
(simpulan)
- Semua manusia bijaksana
- Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen
bijaksana. (simpulan)
2.
Entimen
Entimen adalah penalaran
deduksi secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme premisnya
dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
- Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Pada malam hari tidak
mungkin ada proses fotosintesis.
- Semua ilmuwan adalah orang cerdas
- Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang
cerdas.
Jadi, dengan demikian
silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan silogisme.
INDUKSI
:
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang bersifat
umum. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta
peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Contoh:
Bukti 1 : logam 1
apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 2 : logam 2
apabila dipanaskan akan memuai
Bukti 3 : logam 3
apabila dipanaskan akan memuai
Kesimpulan: Semua logam
apabila dipanaskan akan memuai.
Ciri-ciri
Paragraf Induktif
1.
Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
2.
Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
3.
Kesimpulan terdapat di akhir paragraph
4.
Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
5.
Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraph
6.
Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
7.
Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan
peristiwa-peristiwa khusus
8.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama
Jenis
Paragraf Induktif :
·
Generalisasi
·
Analogi
·
Klasifikasi
·
Perbandingan
·
Sebab
akibat (terbagi menjadi tiga jenis)
-Sebab akibat
-Akibat sebab
-Sebab akibat 1 akibat 2
Pengertian
Paragraf Generalisasi :
Kata kunci: “General =
umum”
Generalisasi
adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum
berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan
harus cukup dan dapat mewakili
Contoh Paragraf
Induktif Generalisasi
Setelah
karangan anak-anak kelas 3 diperiksa, ternyata Ali, toto, Alex, dan Burhan
mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat 7. Hanya Maman yang 6, dan tidak
seorang pun mendapat nilai kurang. Boleh dikatakan, anak kelas 3 cukup pandai
mengarang. A.S. Broto (ed.)
Pengertian
Paragraf Analogi :
Analogi
adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak
persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik
kesimpulan.
Contoh Paragraf
Induktif Analogi
Sifat
manusia ibarat padi yang terhampar di sawah yang luas. Ketika manusia itu
meraih kepandaian, kebesaran, dan kekayaan, sifatnya akan menjadi rendah hati
dan dermawan. Begitu pula dengan padi yang semakin berisi, ia akan semakin
merunduk. Apabila padi itu kosong, ia akan berdiri tegak.
Pengertian
Paragraf Sebab Akibat :
Paragraf
hubungan sebab akibat adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan fakta
khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
Contoh Paragraf
Induktif Sebab Akibat
Kemarau
tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air
banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar.
Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan
para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak
mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
Pengertian
Paragraf Akibat Sebab :
Paragraf
hubungan akibat sebab adalah paragraf yang dimulai dengan fakta khusus yang
menjadi akibat, kemudian fakta itu dianalisis untuk diambil kesimpulan.
Contoh Paragraf
Induktif Akibat Sebab
Hasil
panen para petani di Desa Cikaret hampir setiap musim tidak memuaskan. Banyak
tanaman yang mati sebelum berbuah karena diserang hama. Banyak pula tanaman
yang tidak berhasil tumbuh dengan baik.
Bukan
itu saja, pengairan pun tidak berjalan dengan lancar dan penataan letak tanaman
tidak sesuai dengan aturannya. Semua itu merupakan akibat dari kurangnya
pengetahuan para petani dalam pengolahan pertanian.
Pengertian
Paragraf Sebab Akibat 1 Akibat 2 :
Dalam
paragraf hubungan sebab akibat 1 akibat 2, suatu penyebab dapat menimbulkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan
akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul beberapa akibat.
Contoh Paragraf
Induktif Sebab Akibat 1 Akibat 2
Baru-baru
ini petani Cimanuk gagal panen karena tanaman padi mereka diserang hama wereng.
Peristiwa ini menelan kerugian ratusan juta rupiah. Selain itu, distribusi
beras ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung terganggu.
Pendekatan
Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Metode
berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran yang menggabungkan cara berpikir
deduktif dengan cara berpikir induktif. Dalam pendekatan ilmiah, penalaran
disertai dengan suatu hipotesis.
Misalkan
seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan terlebih
dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran
berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan banyak
tidak akan cepat lapar. Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan
pertanyaan mengapa seorang siswa cepat lapar? Untuk itu, kita ajukan hipotesis
bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan yang dimakan kurang memenuhi standar
gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut sedikit. Kemudian secara
induktif kita uji untuk mengetahui
apakah hasil pengujian mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan
tersebut.
Referensi :
Langganan:
Postingan (Atom)